Rabu, 13 April 2011

Pendekatan dalam Pengkajian Islam

A.  Pendahuluan

Dalam pengkajian Islam ada beberapa pendekatan yang digunakan, diantaranya dapat dikaji dari tulisan Charles J. Adam yang berjudul Islamic Religion Tradition. Tulisan ini diedit oleh Leonard Binder dalam bukunya The Study of the Middle East yang diterbitkan oleh John Wiley and Sons Inc. Canada.
Terdapat kesulitan yang sangat esensial dalam melakukan kajian terhadap islam menurut Charles J Adams. Hal ini terkait adanya kesulitan untuk membuat batasan atas dua unsur, yaitu; islam dan tradisi keagamaan. Problem terpenting adalah belum adanya definisi yang tepat dan universal terhadap kedua terminologi tersebut diatas.
Adams kemudian mencoba menjawab Kesulitan ini untuk melihat islam dengan berbagai metode dan pendekatan yang lebih relevan dan universal seperti ; pendekatan Normatif, pendekatan Fillologi dan historis, pendekatan Ilmu Sosial, dan pendekatan Fenomenologi dalam memetakan antara islam dan tradisi keagamaan. Dengan berbagai alternatif pendekatan yang digunakan oleh Adams, ia ingin menunjukkan walau bagaimanapun bahwa Islam memiliki aspek historis yang termanifestasikan dari pengalaman dan tindakan umatnya dalam menunjukan keimannya.[1]
Berbicara mengenai pendekatan dalam pengkajian Islam, tidak dapat lepas dari pemahaman Al Qur’an dan Sunnah yang menjadi obyek kajian Islam. Ketika Adam akan mengidentifikasi obyek kajian Islam, tampaknya ia merasa kesulitan. Dan kesulitan ini bermuara dari dua unsure pokok, yaitu definisi Islam dan Agama.
Islam menurut Adam tidak bersifat satu dimensi, tetapi banyak dimensi, bukan suatu system kepercayaan dan amal, tetapi multi system dalamsuatu fluktuasi perkembangan yang tidak pernah berhenti dan dalam suatu perubahan hubungan untuk mengembangkan situasi sejarah. Menurut Adam cara yeng terbaik untuk memahami Islam adalah dengan melihat suatu proses pengalaman dan ekspresi yang berlangsung serta terus menerus yang berada dalam kontinuitas sejarah dengan pesan dan pengaruh Nabi SAW.
Sedangkan agama menurut Adams adalah persoalan pengalaman manusia yang bersifat batin dan perilaku manusia yang bersifat lahir. Dia mengutip sebuah tulisan WC Smith yang mnejelaskan masalah ini dengan mengusulkan perbedaan antara tradisi dan kepercayaan. Yang tradisi bersifat eksternal, yaitu aspek-aspek sosial dan histories dari agama yang dapat diamati dalam kasus beberapa masyarakat. Adapun kepercayaan bersifat internal, yaitu dimensi kehidupan agama yang luar biasa bersifat pribadi  dan berorientasi transenden. Kedua hal tersebut (tradisi dan kepercayaan) saling berhubungan satu sama lain dan tidak terpisah. Dengan demikian walaupun tujuan akhir dari pengkaji agama itu untuk mengetahui rahasisa kehidupan batin, namun perhatiannya harus dipusatkan pada tradisi sejarah yang dia kuasai, karena itu bersifat umum dan dapat diakses ke metode-metode penelitian sejarah.
Adapun masalah-masalah pokok yang berhubungan dengan studi Islam sebagai agama, Adams memilahkan menjadi sebelas bagian, yaitu; (1) Arab sebelum Islam , (2) Studi tentang Nabi, (3) Kajian Qur’an, (4) Kajian Hadist, (5) Ilmu Kalam, (6) Hukum Islam, (7) Filsafat, (8) Tasawwuf, (9) Sekte-sekte Islam, terutama Syi’ah, (10) Peribadatan dan hidup saleh, (11) Agama Masyarakat ( Popular Religion).
B.  Metodologi Pendekatan
Untuk mengkaji aspek-aspek tersebut ia menawarkan beberapa pendekatan, diantaranya pendekatan normative atau keagamaan, philosofis, Historis, Ilmu Sosial dan Fenomenologis.
1.      Pendekatan Normatif atau Keagamaan
Dalam pendekatan ini Adams masih memilahkan dalam pendekatan dengan mendasarkan pada tujuan dilakukan pengkajian Islam, yaitu, Pendekatan missionary tradisional, Pendekatan yang bersifat apologi orang-orang Islam, dan Pendekatan irenik (simpatik) dari beberapa penulsi barat.
a.       Pendekatan Misionari Tradisional
Pada abad ke-19 pernah terjadi gerakan yang penuh semangat dari kegiatan misionaris atas anggota berbagai gereja, sekte dan umat Kristen yang sejalan dengan pertumbuhan politik, ekonomi dan militer Eropa di bagian-bagian Asia dan Afrika. Sebagai sebuah kelompok, para misionaris perlu memiliki, dan terus memiliki motivasi yang kuat untuk membangun ikatan-ikatan yang erat dengan penduduk yang kebanyakan dari kaum buruh. Seperti para pejabat colonial, mereka diminta untuk mempelajari bahasa dan terutama ikut serta dalam kehidupan budaya atau adapt istiadat bersama mereka. Karena itu diantara misionaris terdapat individu-individu yang menguasai bahasa-bahasa yang dipakai orang Islam dan berusaha menyingkap kebudayaan Islam membawa mereka piawai dalam pengetahuan mengenai Islam. Dua kelompok tersebut, yaitu kaum misionaris dan pegawai colonial adalah penyumbang pertama yang serius bagi pertumbuhan ilmu pengetahuan Islam dan sampai sekarang menjadi konstituen dasar bagi amsyarakat ilmiah. Pada Masa-masa awal dari gerakan kaum misionaris, konversi (perpindahan) agama adalah tujuan utama. Mereka tertarik untuk mengenal Islam secara lebih baik, karena pengetahuan yang mendalam bisa membantu menyusun pendekatan kaum muslimin atau bermanfaat dalama perdebatan polemic-polemik agama yang tajam yang kadang-kadang terjadi. Seluruh perhatian dicurahkan kepada perbandingan antara keyakinan Islam dan keyakinan Kristen, yang selalu merugikan Islam. Dan perkembangannya dalam pemikiran Kristen pada jaman yang lebih belakangan, terutama di kalangan kaum Kristen liberal, telah mengabaikan pembenaran-pembenaran teologis untuk usaha-usaha pemurtadan, dan kaum misionaris yang telah lama mapan telah berpaling pada fungsi pelayanan atau pengabdian, yang melayani orang-orang Kristen dan memberikan bangtuan kepada mereka. Pendekatan tersebut sekedar untuk memenugi kepentingan-kepentingan yangs angat subyektif. W Bonar Sidjabat berpendapat bahwa hasil penelitian agama hendaknya tidak masuk tujuan; pertama, manipulasi politik, ekonomi dan sosial budaya, kedua, Dominasi satu agama atas agama yang lain, ketiga, Mencari kelemahan agama yang lain.
b.      Pendekatan Apologetik
Diantara karakteristik utama dari pemikiran muslim pada abad 20 adalah kesukaan pada sikap apologetic.Sikap apologetic yang berkembang ini dapat dimengerti sebagai suatu respon mentalitas muslim terhadap situasi umat Islam di jaman modern. Pada abad lampau umat Islam telah mengembangkan kesadaran diri yang baru dan dinamis, yang muncul dari perasaan pembusukan internal ( sense of Internal Decay) dalam masyarakat dan dari keinginan untuk mengcounter kekuatan-kekuatan intrunsif (menyerang) peradaban Barat.
Sikap Apologetik ini merupakan salah satu dari perangkat dasar dimana umat memenuhi kebutuhannya untuk membangkitkan kembali dan menegaskan kemampuan Islam untuk menghantarkan umat Islam kea bad baru yang gemilang.
Apalogetik dapat dipahami sebagai respon mentalitas muslim terhadap situasi orang Islam di jaman modern. Apalogetik telah menjadi salah satu alat utama oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya untuk jaminan kembali dan menegaskan kemampuan Islam untuk melaksanakan islam ke dalam era baru yang cerah. Pendekatan Apalogetik ini muncul sekitar abad ke dua puuh. Sebagaimana dikatakan di atas, pendekatan Apalogetik ini sebagai respon terhadap mentalitas muslim di abad modern dan untuk membentengi diri dari gempuran ide-ide barat. Pendekatan ini berkaitan masalah rasionalitas. Pendekatan ini berusaha membangkitkan kejayaan masa lalu.
c.   Pendekatan Irenik
Pendekatan ini muncul sejak perang dunia 2. Tujuannya adalah mengajak dialog antara Islam dan Kristen. Di samping itu pendekatan ini telah berhasil mengatasi sikap orang barat yang curiga, antagonistik dan menuduh, khususnya Kristen Barat terhadap tradisi Islam. Yang berjasa dalam hal ini adalah Cragg, ia berusaha menampakkan nilai-nilai yang baik dalam Islam dan membuka mata orang Kristen, ia menyatakan bahwa Islam dan Kristen memiliki kesamaan
W.C. Smith juga menggunakan pendekatan ini, la menganjurkan untuk mencoba memahami kepercayaan orang lain dan bukan untuk menganti kepercayaan itu.
2.   Pendekatan Filalogi dan Sejarah
Metode sejarah filalogi memiliki relevansi yang sangat penting dengan Studi Islam. Filalogilah yang memberikan banyak bahan untuk memahami dan menganalisis dan tanpanya kemajuan dalam memahami Islam tidak mungkin. Sebab filalogi dapat digunakan untuk memahami suatu naskah,[2] untuk memahami pikiran atau gagasan.[3]Adams menganggap penting pendekatan filalogi ini sebab masih banyak naskah-naskah Islam yang belum diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa Eropa atau belum dikaji oleh negara­-negara Islam. Ia berpendapat bahwa dengan cara pendekatan filalogi akan dapat ketahui maksud dari naskah. Adams juga menawarkan pendekatan sintesa antara filalogi dan sejarah.
3.   Pendekatan Ilmu Sosial
Ilmu sosial dapat digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam memahami agama. Hal ini dapat dimengerti, karena banyak bidang kajian agama yang baru dipahami secara imporsional dan tepat apabila menggunakan jasa bantuan dari ilmu sosial. Pentingnya pendekatan sosial dalam agama sebagaimana disebutkan di atas, dapat dipahami, karena banyak sekali ajaran agama yang berkaitan dengan masalah sosial. Besarnya perhatian agama terhadap masalah sosial ini selanjutnya mendorong kaum agama memahami ilmu-ilmu sosial sebagai alat untuk memahami agamanya.[4]
Maksud pendekatan ilmu sosial ini adalah implementasi ajaran Islam oleh manusia dalam kehidupannya, pendekatan ini mencoba memahami keagamaan seseorang pada suatu masyarakat. Fenomena-fenomena keislaman yang bersifat lahir diteliti dengan menggunakan ilmu sosial seperti sosialogi, antrapologi dan lain sebagainya. Pendekatan sosial ini seperti apa perilaku keagamaan seseorang di dalam masyarakat apakah perilakunya singkron dengan ajaran agamanya aiau tidak. Pendekatan ilmu sosial ini digunakan untuk memahami keberagamaan seseorang dalam suatu masyarakat.[5]
4.   Pendekatan Fenomenalogi
Istilah fenomenologi berasal dari bahasa Yunani pahainomenon yang secara harfiah berarti “gejala” atau “apa ayng telah menampakkan diri” sehingga nyata bagi kita. Metode ini dirintis oleh Edmund Husserl (1859-1938). Dalam operasionalnya, fenomenologi agama menerapkan metodologi ilmiah dalam meneliti fakta religius yang bersifat subyektif seperti pikiran-pikiran, perasaan-perasaan, ide-ide, emosi, maksud, pengalaman, dan sebagainya dari seseorang yang diungkapkan dalam tindakan luar.[6]
Fenomenalogi agama sulit didefinisikan. Narnun demikian, kami (Adams) dapat membedakan dua masalah penting yang nampaknya memudahkan memahami fenomenalogi adalah metode memahami agama orang lain dengan berusaha untuk masuk komunitas agama dengar menanggalkan artibut yang dimilikinya. Kelebihannya bisa mendalami agama orang lain sedang kekurangannya kalau imannya tidak kuat akan tergoyahkan. Kedua, fenomenalogi di pandang sebagai suatu pendekatan yang mencoba mencari fenomena-fenomena agama dengan melintasi batas-batas komunitas, agama dan budaya.


C.  Penutup.
Charles J Adams yang menyusun buku ini dimulai dengan latar belakang masalah setelah itu ia mengemukakan kegelisahan akademik dimana kata Islam menurut beliau tidak mudah untuk memberikan batasannya. Sebab Islam tidak hanya mengandung monodimensi (satu dimensi) tapi Islam mengandung multi dimensi (banyak dimensi) untuk mendapatkan pengertian Islam yang utuh, maka islam harus dikaji dari berbagai dimensi. Jika mengkaji Islam dari satu dimensi maka pengertian Islam tidak akan utuh.
Selanjutnya dibahas tentang metodologi penelitian. Unsur-­unsur yang ada dalam metodelogi penelitian tersebut adalah obyek, pendekatan dan metode. Yang menjadi obyek dalam Studi Islam adalah Islam itu sendiri. Pendekatannya ada empat macam yaitu pendekatan nonrmatif atau agama, pendekatan filologi dan sejarah, pendekatan ilmu social. Sedangkan metodenya ada beberapa metode, kemudian sistematika pembahasannya dilanjutkan kepada sumbangan terhadap ilmu pengetahuan dan urgensi penelitian.













DAFTAR PUSTAKA

Sadari Ahmad, SHI, Teori Dasar Pendekatan Dalam Pengkajian Islam ,http://pasca-  uinsuka.blogspot.com/2008/01/teori-dasar-pendekatan-dalam-pengkajian.html, Diakses tanggal 25 Maret 2010.skip to main | skip to sidebar

Charles J. Adam, " Islamic Religiuos Tradition", dalam Leonard Binder (ed.), The Studi of the Middle-East, (New York, Wiely & Sons, tt.).

Atho Mudzhar,1998, Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Atang ABD Hakim, Jahih Mubarok, 2001, Metodologi Studi Islam, Bandung : Remaja Rasda karya.

Abuddin Noto, 2004, Metodologi Studi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Taufik Abdullah dan Rush Karim, 2001, Metodologi Penelitian Agama, Yogyakarta : Tiara Wacana.

Muhammad Latif Fauzi, SHI, MSI Pendekatan Normatif dan Deskriptif dalam Studi Islam (Telaah atas Karya Charles J. Adams), diakses tenggal 25 Maret 2010.



[1]   Sadari Ahmad, SHI, Teori Dasar Pendekatan Dalam Pengkajian Islamhttp://pasca-  uinsuka.blogspot.com/2008/01/teori-dasar-pendekatan-dalam-pengkajian.htmlskip to main | skip to sidebar

[2]        Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1998, him 37.

[3]       Atang ABD Hakim, Jahih Mubarok, Metodologi Studi Islam, Bandung : Remaja Rasda karya, 2001, him 62.
[4]        Abuddin Noto, Metodologi Studi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004, him 40.

[5]        Taufik Abdullah dan Rush Karim, Metodologi Penelitian Agama, Yogyakarta : Tiara Wacana, 1991.

[6]        Muhammad Latif Fauzi, SHI, MSI Pendekatan Normatif dan Deskriptif dalam Studi Islam (Telaah atas Karya Charles J. Adams), diakses tenggal 25 Maret 2010.

1 komentar:

  1. Play Lucky Club - Lucky Club Live Casino Games
    Live Lucky Club is the new live casino powered by Microgaming. It offers a wide range of games for players from your luckyclub favourite slot machines to  Rating: 4.5 · ‎45 votes

    BalasHapus